SMAN 1 BINUANG
Jl. Lanud Gorda - Binuang Km.7, Binuang - Serang - Banten 42196
Kamis, 08 September 2011
Selasa, 28 Juni 2011
RAPAT KENAIKAN KELAS
Binuang, SMA Negeri 1 Binuang Telah mengadakan Rapat Kenaikan Kelas dan sekaligus pembagian tugas mengajar bagi guru-guru SMA Negeri 1 Binuang yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2011 bertempat di SMAN 1 Binuang-Serang. Pada kesempatan tersebut Bapak Saprudin, S.Pd sebagai PLH SMAN 1 Binuang memimpin rapat kenaikan kelas tersebut. dalam rapat tersebut telah diambil keputusan bahwa seluruh siswa-siswi SMA Negeri 1 Binuang dinyatakan naik kelas (kelas X dan XI).
Jumat, 03 Juni 2011
The student entrepreneur


Usia Mark Zuckerberg baru 24 tahun, tetapi ia bisa menghasilkan 1,5 miliar dollar AS. Keberhasilan pria pendiri Facebook, salah satu situs jejaring sosial ternama di dunia, ini membuatnya nangkring dalam jajaran 400 orang terkaya di Amerika versi Forbes. Tidak hanya itu, dalam jajaran tersebut ia juga dinobatkan sebagai orang kaya yang paling muda.
Semula, Zuckerberg mengembangkan Facebook di dalam kamar asramanya semasa kuliah di Harvard. Anggota pertama yang bergabung dalam Facebook adalah teman-temannya sendiri. Dalam jangka waktu dua minggu, sepertiga dari siswa Harvard telah menjadi anggota tetap Facebook.
Walaupun ia sempat mengenyam pendidikan di Harvard, bahkan merintis Facebook di perguruan tinggi ternama itu, ia tercatat belum menyelesaikan studinya sehingga titel sarjana pun belum disandangnya.
Pengguna Facebook terus meningkat dan kini mencapai 100 juta member di seluruh dunia dengan keuntungannya ditaksir mencapai 300 juta dollar per tahun. Malah ada sejumlah orang yang tak lagi jadi mahasiswa atau yang masih di sekolah ingin bergabung.
Jejaring yang dihim punnya meliputi 55.000 jaringan berdasarkan demografi, pekerjaan, sekolah, kolegial, dan sebagainya. Setiap harinya ada foto yang di-upload(dimasukkan ke Facebook) dan pesan yang dikirim.
Prestasi yang diraih Zackerberg tak benar-benar mulus. Sejumlah perkara ia dapatkan sehubungan dengan Facebook, termasuk tudingan yang menyebutkan rancangan Facebook sebenarnya tiruan. Di tengah sejumlah kontroversi itu, nama Facebook dan Mark Zackerberg tetap digemari banyak orang. Bahkan, Microsoft tertarik untuk membeli 1,6 persen saham Facebook dengan nilai 240 juta dollar.
sumber : kompas.com
Apa itu Entrepreneur?
Kata entrepreneur dan entrepreneurship, menurut Holt (1992), berasal dari bahasa Prancis yakni dari entreprendre.The Concise Oxford French Dictionary (1980) mengartikan entreprendre sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai); to attempt (mencoba, berusaha). Dalam bahasa Jerman menggunakan kata unternerhmer yang diturunkan dari kata kerja unternehmen yang berarti sama denganarti entrepreneur (Sukardi, 1991). Dalam bahasa Indonesia Kata “wirausaha” merupakan gabungan kata wira (gagah berani,perkasa) dan usaha. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha.
Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya. entrepreneur bukan berarti pedagang. Namun, mereka yang punya semangat untuk kreatif, inovatif, berani mengambil risiko, serta mampu mengubah ”sampah” menjadi ”emas”. Adam Smith, yang kita kenal sebagai bapak ekonomi. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang yang mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi.
Enam sifat entrepreneurship (research methodology workshop, 1977), sebagai berikut.
(1) Percaya diri (yakin, optimis, kemandirian dan kepemimpinan). (2) Originalitas (kreatif, inovatif dan inisiatif atau proaktif. (3) Berorientasi manusia (suka bergaul, comunity knowledge,berkomitmen dan responsif). (4)Berorientasi hasil kerja (Ingin berprestasi, tekun, teguh, kualitas Berorientasi keuntungan dan penuh semangat). (5) Berorientasi masa depan (pandangan ke depan dan pandai menebak peluang atau potensi dan mampu melihat pasar). (6) Berani mengambil resiko (suka tantangan dan perhitungan situasi)
Mata kuliah kewirausahaan dan pemasaran sosialFKM UNDIP
oleh karya wijaya
http://karyawijayabbs.students-blog.undip.ac.id/2010/04/08/apa-itu-entrepreneur-2/
Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya. entrepreneur bukan berarti pedagang. Namun, mereka yang punya semangat untuk kreatif, inovatif, berani mengambil risiko, serta mampu mengubah ”sampah” menjadi ”emas”. Adam Smith, yang kita kenal sebagai bapak ekonomi. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang yang mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi.
Enam sifat entrepreneurship (research methodology workshop, 1977), sebagai berikut.
(1) Percaya diri (yakin, optimis, kemandirian dan kepemimpinan). (2) Originalitas (kreatif, inovatif dan inisiatif atau proaktif. (3) Berorientasi manusia (suka bergaul, comunity knowledge,berkomitmen dan responsif). (4)Berorientasi hasil kerja (Ingin berprestasi, tekun, teguh, kualitas Berorientasi keuntungan dan penuh semangat). (5) Berorientasi masa depan (pandangan ke depan dan pandai menebak peluang atau potensi dan mampu melihat pasar). (6) Berani mengambil resiko (suka tantangan dan perhitungan situasi)
Mata kuliah kewirausahaan dan pemasaran sosialFKM UNDIP
oleh karya wijaya
http://karyawijayabbs.students-blog.undip.ac.id/2010/04/08/apa-itu-entrepreneur-2/
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN
Binuang,SMA Negeri 1 Binuang, Kabupaten Serang baru-baru ini telah mengadakan sebuah Pelatihan Kewirausahaan bagi siswa-siswi khususnya di lingkungan SMA Negeri 1 Binuang.
Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 20-21 Mei 2011 bertempat di Aula SMA Negeri 1 Binuang dan dibuka oleh Bapak. Saprudin, S.Pd selaku PLH SMA Negeri 1 Binuang.
Pelatihan tersebut diikuti oleh para siswa-siswi khususnya kelas XII IPA dan IPS, segenap dewan guru dan staff tata usaha.
sebagai Pembicara atau Tutor pada hari pertama yaitu Ibu Ela Nurlela ( sebagai guru Ekonomi ) yang memaparkan tentang pentingnya Ekonomi dalam kehidupan, sedangkan pembicara pada hari kedua pihak sekolah mengundang akademisi yaitu TIM STTIKOM INSAN UNGGUL - CILEGON dan memberi pemaparan dan materi tentang "Usaha Digital Printing".
Pelatihan tersebut bertujuan agar para Siswa-siswi SMA Negeri 1 Binuang memiliki kemandirian dan diharapkan dapat membentuk jiwa Interprener.
disela-sela acara PLH SMA Negeri 1 Binuang menerangkan bahwa acara tersebut merupakan bentuk kepedulian sekolah kepada anak didiknya agar di waktu yang akan datang mereka dapat mengembangkan jiwa usaha yang mandiri.
Sabtu, 07 Mei 2011
PENDIDIKAN MORAL
Pendidikan moral perlu menjadi prioritas dalam kehidupan. Adanya panutan nilai, moral, dan norma dalam diri manusia dan kehidupan akan sangat menentukan totalitas diri individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial, dan kehidupan individu.
Oleh karena itu, pendidikan nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai dengan norma-norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya.
Ini mengingat bahwa dunia afektif yang ada pada setiap manusia harus selalu dibina secara berkelanjutan, terarah, dan terencana sehubungan dengan sifatnya yang labil dan kontekstual.
Sasaran pendidikan moral pada umumnya dapat diarahkan untuk :
• Membina dan menanamkan nilai moral dan norma,
• Meningkatkan dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang atau kelompok,
• Meningkatkan kualitas diri manusia, kelompok atau kehidupan,
• Menangkal, memperkecil dan meniadakan hal-hal yang negatif,
• Membina dan mengupayakan terlaksananya dunia yang diharapkan,
• Melakukan klarifikasi nilai intrinsik dari suatu nilai moral dan norma dan kehidupan secara umum.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah oleh guru saja. Ini dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tiga lingkungan yang amat kondusif untuk melaksanakan pendidikan ini, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat.
Diantara ketiganya, merujuk pada Dobbert dan Winkler (1985), lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang efektif dan terpenting.
Peran keluarga dalam pendidikan nilai adalah mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan, dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga.
Lingkungan keluarga menjadi lahan paling subur untuk menumbuhkembangkan pendidikan moral. Secara operasional, yang paling perlu diperhatikan dalam konteks di lingkungan keluarga adalah penanaman nilai-nilai kejujuran dalam segenap aspek kehidupan keluarga.
Contoh sikap dan perilaku yang baik oleh orang tua dalam pergaulan dan kehidupan mereka dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Hal yang tidak kalah penting, pendidikan moral harus dilaksanakan sejak anak masih kecil dengan jalan membiasakan mereka kepada peraturan-peraturan dan sifat-sifat yang baik, serta adil.
Sifat-sifat tersebut tidak akan dapat difahami oleh anak-anak, kecuali dengan pengalaman langsung yang dirasakan akibatnya dan dari contoh orang tua dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama yang harus ditanamkan sejak kecil.
Lingkungan pendidikan juga menjadi wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan mental serta moral anak didik.
Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan mental, moral sosial dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas hendaknya dipertautkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas.
Pendidikan moral perlu diarahkan menuju upaya-upaya terencana untuk menjamin moral anak-anak yang diharapkan menjadi warga negara yang cinta akan bangsa dan tanah airnya, dapat menciptakan dan memelihara ketenteraman dan kerukunan masyarakat dan bangsa di kemudian hari.
Jalan panjang yang terutama harus ditempuh adalah memberdayakan pendidikan nilai secara intensif di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga kawasan strategis ini harus diperhitungkan sebagai pilar penentu keberhasilan reformasi dalam berbagai sisi kehidupan.
Oleh karena itu, pendidikan nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai dengan norma-norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya.
Ini mengingat bahwa dunia afektif yang ada pada setiap manusia harus selalu dibina secara berkelanjutan, terarah, dan terencana sehubungan dengan sifatnya yang labil dan kontekstual.
Sasaran pendidikan moral pada umumnya dapat diarahkan untuk :
• Membina dan menanamkan nilai moral dan norma,
• Meningkatkan dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang atau kelompok,
• Meningkatkan kualitas diri manusia, kelompok atau kehidupan,
• Menangkal, memperkecil dan meniadakan hal-hal yang negatif,
• Membina dan mengupayakan terlaksananya dunia yang diharapkan,
• Melakukan klarifikasi nilai intrinsik dari suatu nilai moral dan norma dan kehidupan secara umum.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah oleh guru saja. Ini dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tiga lingkungan yang amat kondusif untuk melaksanakan pendidikan ini, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat.
Diantara ketiganya, merujuk pada Dobbert dan Winkler (1985), lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang efektif dan terpenting.
Peran keluarga dalam pendidikan nilai adalah mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan, dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga.
Lingkungan keluarga menjadi lahan paling subur untuk menumbuhkembangkan pendidikan moral. Secara operasional, yang paling perlu diperhatikan dalam konteks di lingkungan keluarga adalah penanaman nilai-nilai kejujuran dalam segenap aspek kehidupan keluarga.
Contoh sikap dan perilaku yang baik oleh orang tua dalam pergaulan dan kehidupan mereka dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Hal yang tidak kalah penting, pendidikan moral harus dilaksanakan sejak anak masih kecil dengan jalan membiasakan mereka kepada peraturan-peraturan dan sifat-sifat yang baik, serta adil.
Sifat-sifat tersebut tidak akan dapat difahami oleh anak-anak, kecuali dengan pengalaman langsung yang dirasakan akibatnya dan dari contoh orang tua dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama yang harus ditanamkan sejak kecil.
Lingkungan pendidikan juga menjadi wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan mental serta moral anak didik.
Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan mental, moral sosial dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas hendaknya dipertautkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas.
Pendidikan moral perlu diarahkan menuju upaya-upaya terencana untuk menjamin moral anak-anak yang diharapkan menjadi warga negara yang cinta akan bangsa dan tanah airnya, dapat menciptakan dan memelihara ketenteraman dan kerukunan masyarakat dan bangsa di kemudian hari.
Jalan panjang yang terutama harus ditempuh adalah memberdayakan pendidikan nilai secara intensif di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga kawasan strategis ini harus diperhitungkan sebagai pilar penentu keberhasilan reformasi dalam berbagai sisi kehidupan.
Langganan:
Komentar (Atom)
